Menjadi mahasiswa kedokteran bukan hanya tentang memahami anatomi atau menghafal penyakit. Tekanan akademik, beban studi klinis, serta ekspektasi dari orang tua dan lingkungan sering kali membuat mahasiswa merasa kewalahan. Studi dari Journal of the American Medical Association mengungkapkan bahwa sekitar 27% mahasiswa kedokteran di dunia mengalami depresi atau gejala depresi, dan lebih dari 10% mempertimbangkan untuk bunuh diri (Sumber: https://docscampus.com/). Di Indonesia, hasil survei dari Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) menunjukkan bahwa lebih dari 40% mahasiswa kedokteran mengalami stres berat. Fakta ini menunjukkan bahwa menjaga kesehatan mental adalah aspek vital yang perlu Anda perhatikan sejak awal.

Mengenali Tanda-Tanda Stres Sejak Dini
Salah satu langkah paling krusial adalah mengenali gejala awal stres dan gangguan mental. Bila Anda merasa mudah lelah, sulit tidur, kehilangan minat belajar, atau sering merasa cemas tanpa sebab yang jelas, ini bisa menjadi indikator awal adanya gangguan psikologis. Mengenali sinyal ini memungkinkan Anda mengambil langkah preventif sebelum stres berubah menjadi depresi atau burnout.
Membangun Rutinitas Harian yang Seimbang
Rutinitas yang sehat dapat membantu menjaga kestabilan mental Anda. Tidur yang cukup selama 7–9 jam, konsumsi makanan bergizi, serta rutin berolahraga terbukti mampu menurunkan kadar hormon stres kortisol. Anda juga dapat membuat jadwal belajar yang realistis dan menyisipkan waktu istirahat agar tubuh dan pikiran tetap segar. Menurut National Sleep Foundation, kurang tidur selama satu minggu dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis dan memproses informasi.
Menentukan Skala Prioritas dan Tujuan Akademik
Menentukan skala prioritas merupakan langkah strategis untuk mengelola tekanan akademik. Anda tidak perlu menguasai semua materi secara sempurna sekaligus. Fokus pada target yang paling penting terlebih dahulu. Misalnya, saat menghadapi ujian besar, Anda bisa mengutamakan topik-topik yang memiliki bobot nilai tinggi. Teknik ini membantu mengurangi rasa kewalahan akibat beban belajar yang terlalu luas.
Menjalin Relasi Sosial yang Mendukung
Dukungan sosial dari teman seangkatan, dosen pembimbing, atau keluarga berperan besar dalam menjaga stabilitas emosi. Anda bisa bergabung dalam kelompok belajar atau komunitas mahasiswa yang mendukung kesehatan mental. Menurut American Psychological Association, hubungan interpersonal yang sehat dapat meningkatkan ketahanan mental dalam menghadapi tekanan.
Mampu Berkata “Tidak” dengan Tegas
Kuliah kedokteran sering kali disertai dengan berbagai ajakan organisasi, seminar, atau proyek tambahan. Jika Anda merasa beban akademik sudah cukup berat, tidak ada salahnya menolak beberapa ajakan tersebut. Berkata “tidak” bukan berarti egois, tetapi merupakan bentuk self-awareness demi menjaga kesehatan mental dan fisik Anda.
Mengakses Layanan Konseling Kampus
Banyak fakultas kedokteran saat ini menyediakan layanan konseling psikologis, baik secara daring maupun tatap muka. Sayangnya, stigma negatif masih membuat banyak mahasiswa ragu memanfaatkannya. Padahal, berdasarkan studi dari WHO (2022), mahasiswa yang secara rutin berkonsultasi dengan psikolog cenderung memiliki performa akademik lebih stabil dan kepuasan hidup yang lebih tinggi. Jika tersedia di kampus Anda, manfaatkan layanan ini sebagai bentuk investasi pada diri sendiri.
Mengelola Ekspektasi dan Perfeksionisme
Mahasiswa kedokteran sering kali dibebani harapan menjadi pribadi yang sempurna. Padahal, tidak semua hal harus berjalan sesuai rencana. Anda perlu memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses pembelajaran. Alih-alih menyalahkan diri sendiri, gunakan kegagalan sebagai titik evaluasi untuk tumbuh dan berkembang.
Luangkan Waktu untuk Me Time
Me time bukanlah bentuk kemalasan, melainkan kebutuhan untuk memulihkan energi mental. Anda bisa menghabiskan waktu dengan membaca buku fiksi, menonton film, bersepeda, atau sekadar duduk santai mendengarkan musik. Aktivitas ini berfungsi untuk menyeimbangkan otak kiri (logika) dan otak kanan (emosi), sehingga Anda bisa kembali produktif.
Latihan Mindfulness dan Teknik Relaksasi
Mindfulness adalah teknik untuk membawa kesadaran penuh terhadap saat ini tanpa menghakimi. Latihan seperti pernapasan dalam, meditasi, dan journaling terbukti mampu menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan fokus. Sebuah studi dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa praktik mindfulness selama 8 minggu mampu meningkatkan fungsi area otak yang terkait dengan pengaturan emosi.
Kesehatan mental adalah fondasi penting dalam perjalanan Anda sebagai calon dokter. Memahami dan menjaga kesehatan mental bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kedewasaan dan kesiapan menghadapi tantangan dunia medis. Dengan strategi yang tepat mulai dari membangun rutinitas sehat, menjalin hubungan sosial, hingga memanfaatkan layanan profesional, Anda dapat menjalani kuliah kedokteran secara lebih sehat dan berdaya tahan.