Sekarang ini, sistem penjualan sudah sangat beragam jenisnya. Sebut saja direct selling atau penjualan langsung, lalu ada pula penjualan kembali atau reseller, dan dropshipper. Seiring dengan teknologi yang semakin berkembang, aktivitas jual beli secara daring atau online pun semakin diminati. Namun, tahukah Anda apa perbedaan dari reseller dan dropshipper?
Anda pastinya sudah kerap mendengar istilah reseller dan dropship dalam bisnis jual beli daring. Sebenarnya, kedua bentuk penjualan ini sama-sama menjual suatu produk dari supplier. Misalnya, Anda menjadi reseller di Evermos. Lalu, apa sebenarnya perbedaan dari reseller dan dropship dalam bisnis online?
Daftar Isi
Pengertian Reseller dan Dropship
Sebelum masuk pada bahasan perbedaan antara reseller dan dropship, Anda perlu tahu dulu apa definisi dari keduanya. Dropship sendiri merupakan suatu aktivitas penjualan barang kembali dengan mempromosikan produk tersebut tanpa harus memikirkan ketersediaan atau stok barang.
Sementara itu, reseller juga memiliki arti menjual kembali suatu produk atau barang dari supplier. Anda juga turut mempromosikan produk tersebut. Namun, Anda pun harus memiliki stok produk yang hendak dijual. Artinya, Anda harus membeli produk tersebut terlebih dahulu.
Melalui definisi dari keduanya, sudah mulai terlihat perbedaan antara keduanya, bukan?
Perbedaan Reseller dan Dropship
Perbedaan antara reseller dan dropship sendiri sebenarnya tidak terbatas hanya pada definisinya. Kedua jenis penjualan ini juga memiliki perbedaan pada aspek lainnya, yaitu:
1. Ketersediaan atau Stok Produk
Perbedaan paling mendasar antara reseller dan dropship adalah ketersediaan atau stok produk. Jika reseller harus memiliki stok barang dan menjualnya kembali, dropship tidak demikian. Bahkan, reseller harus membeli barang dalam jumlah yang cukup banyak sehingga bisa mendapatkan harga yang lebih terjangkau dibandingkan harga jual dari supplier langsung.
Tak hanya itu, seorang reseller juga harus melakukan pengemasan dan pengiriman barang kepada konsumen. Sementara itu, selain tidak harus memiliki stok produk, seorang dropship tidak melakukan pengemasan dan pengiriman barang kepada pelanggan. Jadi, dropship hanya mempromosikan barang kepada konsumen. Jika ada konsumen yang membeli, dropship akan meneruskan pesanan kepada produsen.
2. Modal yang Dibutuhkan
Perbedaan selanjutnya adalah modal yang dibutuhkan. Memang benar, baik dropship maupun reseller sama-sama tidak membutuhkan modal besar untuk memulainya. Akan tetapi, modal dropship tentu lebih kecil dibandingkan dengan reseller. Bahkan, menjadi dropship tidak membutuhkan modal sama sekali, lho!
Kembali lagi, karena menjadi dropship hanya perlu promosi produk tanpa perlu membeli produk kepada produsen untuk stok. Jadi, Anda yang ingin memulai peruntungan bisnis online bisa mencoba mengawali sebagai dropship. Di dropship Evermos banyak sekali produk yang bisa Anda tawarkan, kok!
3. Profit yang Didapatkan
Perbedaan ketiga yaitu keuntungan atau profit yang didapatkan dengan menjadi dropship atau reseller. Bisa dikatakan, dengan menjadi reseller Anda bisa mendapatkan keuntungan yang lebih menjanjikan. Mengapa demikian? Tentunya karena reseller bisa menjual produk kembali dengan harga yang cukup bersaing. Sementara itu, harga beli produk dari produsen sendiri jauh lebih terjangkau.
Jadi, setelah melakukan pembelian produk dari produsen, seorang reseller bisa melakukan penjualan kembali dengan harga yang berbeda. Jadi, keuntungan yang didapat pastinya lebih besar. Sementara itu, seorang dropship akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan perjanjian kepada produsen.
4. Konsep Penjualan
Perbedaan lainnya yaitu pada konsep penjualan yang dilakukan. Sekarang, baik reseller maupun dropship telah memanfaatkan internet untuk menjual maupun memasarkan produk melalui platform sosial media. Namun, konsep penjualannya tidak sama. Reseller biasanya akan melakukan penjualan secara langsung karena sudah memiliki stok produk. Jadi, konsumen tidak harus menghubungi produsen.
Sementara itu, karena dropship tidak memiliki stok produk, pengurusan produk tetap dilakukan kepada supplier. Jika terdapat pemesanan, dropship akan menghubungi pihak supplier untuk memberitahukan pemesanan atau transaksi yang berlangsung.
5. Aspek Risiko
Perbedaan terakhir ada pada aspek risikonya. Jika diamati secara singkat, menjadi reseller produk memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan menggeluti bisnis online secara dropship. Bukan tanpa alasan, kewajiban memiliki atau menyimpan barang membuat reseller harus mengeluarkan modal yang lebih besar. Jika barang tidak laku dijual, tentu kerugian yang didapatkan juga lebih tinggi, bukan?
Berbeda dengan dropship, tidak adanya kewajiban untuk memiliki atau menyediakan barang membuat bentuk penjualan ini tidak hanya minim modal, tetapi juga minim risiko. Terlebih jika Anda berniat menjual barang secara besar atau barang yang harganya tinggi. Barang laku dijual, Anda dapat komisi. Barang tidak laku, Anda tidak merugi.
Itu tadi perbedaan sederhana antara reseller dan dropshipper dalam bisnis jual beli daring. Tertarik untuk mencoba salah satunya? Anda bisa bergabung di Evermos dan menjual produk lebih mudah, kapan saja. Anda bisa membuka toko sendiri atau menjual produk dengan membagikan link. Yuk, download Evermos dan coba jadi reseller dan dropship sekarang juga!