Banten terkenal memiliki sejarah kerajaan dan keberagaman etnis seperti Jawa, Bugis, Tionghoa, Sunda, dan Bali. Tempat beribadah dari berbagai agama juga berdiri dengan kokoh dan damai di Banten, termasuk Vihara Banten yan bernama Avalokitesvara yang dibangun di antara pemukiman masyarakat yang penduduknya mayoritas memeluk ajaran Islam.
Vihara Banten ini konon dibangun pada abad 16 yang menjadi saksi bisu perubahan sejarah dan spiritual yang ada di Banten selama berabad-abad hingga saat ini. Tempat beribadah umat Buddha ini berada di Jalan Tubagus Raya Banten, Kota Serang / Banten Lama.
Berdiri dari abad 16, tentunya banyak historis dan asal-usul mengesankan yang menarik diketahui. Berikut adalah sejarah Vihara Avalokitesvara yang bisa kamu simak.
Sejarah Berdirinya Vihara Avalokitesvara
Vihara Avalokitesvara adalah klenteng tertua yang ada di Provinsi Banten. Sejarah pembangunan vihara ini berkaitan dengan Sunan Gunung Jati yang merupakan wali penyebar agama Islam di Tanah Air.
Mulanya, ada rombongan pedagang Cina yang dipimpin langsung oleh putri Ong Tien, seorang keturunan dari kaisar Tiongkok yang melakukan perjalanan dagang di Surabaya, lalu singgah di Banten.
Karena melihat Banten ramai dengan aktivitas perdagangannya, Putri Ong Tien memutuskan tinggal lebih lama disana. Seiring waktu berlalu, Putri Ong Tien pun berkenalan dengan Sunan Gunung Jati, hingga akhirnya mereka menikah. Pada saat itu, Putri Ong Tien telah memeluk agama Islam.
Pengikut dari Putri Ong Tien terbagi menjadi dua kelompok, pertama beragama islam, dan kelompok kedua memegang keyakinannya yang lama, yaitu agama Buddha. Banyaknya pengikut sang Istri yang masih memegang kepercayaannya. Pada tahun 1542, Sunan Gunung Jati mendirikan vihara di sebuah Desa Dermayon, dekat masjid Agung Banten sebagai tempat beribadah umat Budhha.
Namun, ada juga versi lain yang menjelaskan, bahwa Vihara ini didirikan tahun 1652, pada masa kejayaan kerajaan Banten yang dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa. Selain diperuntukan untuk tempat beribadah umat Budhha, vihara ini juga melayani tiga kepercayaan sekaligus, yakni Buddha, Taoisme, dan Konghucu.
Oleh karena itu, Vihara Avalokitesvara memiliki sebutan sebagai Klenteng Tri Dharma. Meski begitu, Vihara ini terbuka bagi wisatawan beragama lain untuk mengenal dan berkunjung ke cagar budaya di Banten ini.
Keajaiban Vihara Avalokitesvara
Vihara Avalokitesvara menyimpan kisah ajaib pada saat terjadinya tsunami tahun 1883. Ketika itu gelombang tsunami datang menghancurkan banyak rumah dan bangunan, akan tetapi tidak memasuki vihara. Sehingga menjadikannya tempat perlindungan bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
Air tsunami mencapai setinggi pohon kelapa yang ada di luar Vihara, namun mereka yang ada di dalam vihara selamat dari kejadian tersebut. Mereka menganggap bahwa peristiwa ini adalah mukijat dan menunjukkan ketakjuban yang terkait vihara ini.
Klenteng ini mempunyai sebuah ukiran yang menceritakan tentang kejayaan Banten Lama ketika menjadi kota pelabuhan yang begitu ramai. Disamping itu, ukiran ini sekaligus menceritakan mengenai kisah vihara yang digunakan sebagai tempat berlindung saat terjadi tsunami pada tahun 1883.
Bangunan vihara sampai saat ini masih berdiri dengan kokoh yang didominasi warna merah yang khas. Terdapat altar Dewi Kwan Im yang memiliki usia hampir sama dengan vihara ini. Di bagian sisi samping kiri dan kanan ada patung dewa-dewa berjumlah 16, serta tiang batu berukir naga.
Selain mengunjungi vihara, kamu bisa mengunjungi Galeri Indonesia Kaya untuk mengenal kekayaan budaya Indonesia yang disajikan secara keren dan modern.